08Mar
Menggunakan Content Marketing dalam Bisnis
Content Marketing dalam Bisnis – Beberapa hari yang lalu, saya sempat melihat sebuah pertanyaan di Quora: “Apakah content marketing benar-benar terbukti efektif?” Mungkin pertanyaan ini sudah sangat sering ditanyakan. Faktanya, lebih dari tujuh puluh persen dari perusahaan besar mempekerjakan seseorang untuk melakukan strategi content marketing.
Tetapi untuk banyak startup dan bisnis berskala kecil lainnya, mungkin akan sedikit berat apabila harus menginvestasikan waktu dan biaya untuk merekrut seseorang yang khusus melakukan content marketing— yang belum tentu dapat menciptakan keuntungan, baik keuntungan langsung atau tidak langsung.
Dalam artikel ini, saya akan mencoba untuk membuat sebuah studi kasus tentang pentingnya melakukan content marketing dalam berbisnis. Pelajaran ini saya dapatkan ketika memulai bisnis di HighSpark, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang desain presentasi dengan biaya terjangkau (atau bahkan tanpa biaya sama sekali)
Gunakan internet dan berikan nilai tambah kepada target audiens kamu
Pada tahun 2013 ketika saya mulai menawarkan jasa desain presentasi sebagai seorang pekerja lepas, saya belum memiliki pelanggan atau rekam jejak apapun. Seperti yang bisa kamu bayangkan, sangatlah sulit bagi seorang pelajar berusia sembilan belas tahun untuk menjual apa pun kepada perusahaan. Para pembuat keputusan tidak semudah itu mempercayakan pekerjaan kepada orang yang belum benar-benar mereka kenal.
Baca Juga : Kesalahan Merancang Content Marketing
Tanpa disengaja, saya menemukan SlideShare, yang pada saat itu menjadi medium terbaik untuk membangun citra dan mendapatkan traffic organik dari pengguna B2B. Pada waktu yang sama, seorang pengguna bernama Jesse Desjardins telah menggunakan platform tersebut untuk mendapatkan pekerjaan impiannya di Tourism Australia. Hal ini semakin meyakinkan saya bahwa SlideShare adalah medium terbaik untuk memberikan gambaran kepada calon klien.
Saya menghabiskan bulan berikutnya dengan membuat sebuah deck tentang presentasi sebelum mengunggahnya dan mengharapkan hasil yang terbaik. Sejatinya, saya pikir telah melakukan langkah yang tepat — membuat konten berguna yang menunjukkan keahlian saya dalam sebuah bidang. Cukup mudah, bukan?
Jangan hanya diam. Bergeraklah!
Apa yang terjadi selanjutnya sangatlah mengecewakan. Walau saya menerima beberapa tanggapan, hasil pekerjaan saya ternyata jauh di bawah ekspektasi. Saya tidak memiliki pengguna lain yang mengikuti karya saya di sini, dan traffic yang mengarah ke halaman presentasi di SlideShare saya sangatlah sedikit.
Setelah membaca beberapa blog dan mengikuti contoh sukses dari para ahli seperti Emiland de Cubber dan tim presentasi asal Hawaii, Empowered Presentations, saya mulai mengikuti beberapa produser konten favorit lain yang ada di platform ini. Saya mengirimkan tautan kepada dua puluh orang ahli berbeda melalui LinkedIn untuk mendapatkan validasi.
Tidak hanya mendapatkan masukan yang sangat berguna, mereka juga ternyata membagikan deck saya. Dan di sinilah semua bermula.
Saya mendapatkan beberapa pekerjaan pertama saya ketika tiga entitas bisnis ini mengontak untuk menawarkan pekerjaan:
- Sebuah agensi periklanan besar dari Jepang.
- Sebuah firma lokal yang membuat desain presentasi.
- Sebuah perusahaan pembuat cheesecake dari Inggris.
Saya menerima pekerjaan dari mereka dan menyelesaikannya dalam waktu beberapa bulan. Dalam proses ini, saya mempelajari banyak hal tentang bisnis secara umum.
Saya mendapatkan lebih banyak email permintaan, tetapi lambat laun email tersebut akhirnya berhenti. Walau begitu, saya yakin bahwa metode yang saya lakukan telah terbukti bekerja.
Jadi, saya melakukan apa yang menurut saya benar—membuat lebih banyak lagi konten. Saya juga memastikan untuk memiliki online presence dengan membuat situs web dan profil LinkedIn.
Strategi content marketing adalah sebuah maraton, bukan sprint
Berbulan-bulan lamanya saya menulis, mendesain, dan mengunggah presentasi baru agar dapat ditampilkan di halaman depan.
Permintaan pekerjaan terus berdatangan, dan saya memulai untuk membangun sebuah perusahaan kecil dengan teman sekelas untuk mengakomodasi banyaknya permintaan ini. Saat itu, kami menamakan perusahaan kecil ini SlideComet (ya, saya tahu itu bukan nama yang terbaik). Kami membantu perusahaan lain untuk menyajikan cerita yang kuat dengan desain visual presentasi terbaik. Kami juga akhirnya memutuskan untuk membuat akun SlideShare khusus untuk SlideComet.
Akhirnya, kami siap untuk beraksi. Kebanyakan permintaan pekerjaan datang dari platform presentasi dan dari blog seperti Hubspot. Kami juga berhasil menarik traffic dari mesin pencari seperti Google karena banyaknya backlink yang kami dapatkan. Yang lebih menarik lagi, kami tidak menghabiskan uang untuk beriklan, walau hasil yang kami dapat ini seharusnya akan lebih baik lagi apabila disokong dengan layanan berbayar.
Apakah ini usaha yang keras? Tentu saja. Menghabiskan waktu membuat dan mempromosikan konten yang tidak bisa menjanjikan apa pun adalah salah satu tantangan terberat dalam melakukan strategi content marketing. Hal terbaik yang dapat kami lakukan adalah dengan memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk melakukan riset topik-topik relevan dan bernilai untuk audiens.
Apakah ini usaha yang keras? Tentu saja. Menghabiskan waktu membuat dan mempromosikan konten yang tidak bisa menjanjikan apa pun adalah salah satu tantangan terberat dalam melakukan strategi content marketing. Hal terbaik yang dapat kami lakukan adalah dengan memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk melakukan riset topik-topik relevan dan bernilai untuk audiens.
Bahkan, beberapa klien yang bekerja dengan kami mengetahui perusahaan kami dari rekomendasi teman-teman mereka, meski bukan bagian dari audiens yang kami sasar (sebagai contoh: seorang karyawan magang yang membaca konten kami akhirnya merekomendasikan kami kepada manajernya).
Maksimalkan penggunaan platform dan distribusikan konten di tempat berbeda
Semua berjalan lancar dan kami mengunggah hingga enam belas slide presentasi ke channel SlideShare kami sebelum platform tersebut akhirnya mulai kehilangan traksinya. Untuk mengurangi risiko apabila layanan SlideShare tak lagi relevan, kami memulai untuk menampilkan guest post dari konten buatan kami sebelumnya. Saya berhati-hati dalam memilih guest post, dan memastikan angle artikel ditampilkan tetap relevan dengan layanan yang kami tawarkan.
Upaya ini menghasilkan dua puluh guest post berbeda dan dimuat di blog CreativeMarket, DuctTape Marketing, GrowthEverywhere, dan banyak lagi—dan masih memberikan kami traffic hingga sekarang. Tanpa diduga, kami akhirnya memiliki berbagai macam platform yang berbeda untuk meningkatkan reach kami.
Buatlah daftar
Mayoritas pengunjung kami di SlideShare tidak pernah menjadi klien kami. Bermodalkan dua juta view pada platform tersebut, kami berpikir untuk membuat daftar untuk menyimpan informasi—walau hanya lima persen dari dua juta view tersebut.
Kami memulai menggunakan tool seperti MailChimp dan selanjutnya ActiveCampaign untuk membangun sebuah daftar email serta mengirimkan berbagai informasi secara berkala. Hasilnya, beberapa follower dari daftar tersebut menghubungi kami ketika mereka membutuhkan jasa pembuatan presentasi. Seluruh aktivitas ini kemudian kembali kepada kami dalam bentuk traffic dan backlink untuk mendukung SEO dari situs HighSpark yang terbaru, yang juga menawarkan pelatihan untuk presentasi.
Tidak berselang lama, Microsoft mengakuisisi LinkedIn, perusahaan yang memiliki SlideShare. Kami kemudian berhenti mengunggah presentasi kami ke platform tersebut dan mencoba cara lain untuk mengembangkan bisnis kami melalui content marketing. Walau begitu, SlideShare masih menyumbang traffic.
Terus belajar
Beberapa hal yang telah kami coba baru-baru ini:
- Membuat sebuah kursus email tentang storytelling (yang terdiri dari penggalan materi pembelajaran via email secara otomatis). Kursus ini memiliki subscriber hingga sebelas ribu orang.
- Menulis sebuah blog tentang desain presentasi dan storytelling. Secara perlahan, blog ini menambah traffic dan membangun kepercayaan audiens. Ketika kami membuat sebuah konten baru, kami mengirim email kepada para pelanggan.
- Menghubungi blog yang pernah mengulas konten kami. Kami meminta mereka untuk memperbarui tautan di situs masing-masing agar strategi SEO yang kami jalankan tetap optimal.
Keadaan industri tiga tahun yang lalu dengan sekarang sangatlah berbeda. Tidak semua cerita dari artikel di atas dapat diaplikasikan ke dalam keadaan industri saat ini. Tetapi content marketing masih sangat relevan dan tidak boleh ditinggalkan oleh bisnis baru. Berikut adalah beberapa tip yang akan berguna untuk kamu:
- Buat konten yang relevan dan sumber yang akan memberikan nilai tambah kepada audiens sasaran dan kaitkan dengan penawaranmu.
- Mulailah membangun daftar alamat email dari awal
- Carilah prospek yang juga mengejar target audiens seperti kamu dan berkolaborasilah dengan mereka. Ini bisa menghemat tenaga dan waktumu.
- Ingatlah bahwa jangkauan konten kamu hanya akan optimal apabila kamu melakukan upaya promosi yang optimal juga.
- Buatlah sebuah sistem pemasaran yang terotomatisasi untuk proses yang berulang di masa depan.
- Tetap konsisten dengan content marketing yang kamu lakukan.
Kamu tidak perlu trik rumit lainnya untuk melakukan content marketing.
Post A Comment:
0 comments: